Khusus untuk yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya

Setiap hari usia kita bertambah, yang juga berarti bahwa sisa hidup kita berkurang. Sebagai murid Tuhan, kita harus menyadari hal ini. Kesadaran ini harus diikuti dengan pemikiran bahwa kita harus meninggalkan jejak-jejak yang berharga atau legacy bagi penerus kita.

Satu hal utama yang harus kita lakukan adalah melaksanakan perintah Tuhan, yaitu pergi untuk menjadikan orang lain menjadi murid Tuhan dan memberitakan akan Kerajaan Allah.

Salah satu yang bisa kita lakukan adalah beraksi, baik dengan kata-kata, perbuatan dan juga tulisan. Untuk itu Anda membutuhkan sebuah wadah untuk bersekutu dan belajar bersama akan Firman Tuhan, dan mengkhotbahkannya, baik secara oral atau menuliskannya di blog Anda, dan tentunya dibuktikan dengan melakukannya.

Untuk memilih wadahnya, saya menawarkan wadah yang baik, yaitu PA The Mission yang diadakan setiap hari Rabu pagi, mulai dari jam 7.30 sampai dengan 9.30, bertempat di Jalan Jend. S. Parman Kav. 76 lantai 26 Jakarta Barat.

Tuhan memberkati setiap orang yang menyadari akan tugas dan panggilannya sebagai murid Tuhan.

Posted in Umum | Leave a comment

Sukacita mendatangkan kesuksesan

Rasul Paulus menyuruh (bukan meminta) kita untuk bersukacita senantiasa (Filipi 4:4). Ini sesuatu yang mandatory (wajib), bukan optional (boleh tidak dilakukan).

Tentu ada sebabnya, Rasul Paulus menuliskan perintahnya itu. Kalimat itu diakhiri dengan tanda seru (!).

Bo Sanchez, seorang Pastor Filipina, melakukan observasi pada orang-orang yang selalu bersukacita, dan menemukan bahwa:

  1. Orang yang selalu bersukacita itu menentukan akhir hidup (destiny) yang baik.
  2. Orang yang selalu bersukacita itu sangat menyukai dirinya. Orang seperti inilah yang mampu mengasihi sesama, karena seperti mengasihi dirinya sendiri.
  3. Orang yang selalu bersukacita itu selalu membangun dan memelihara koneksi atau relasi dengan banyak orang (ke atas, ke samping maupun ke bawah).
  4. Orang yang selalu bersukacita itu selalu menemukan hal-hal yang menyukakan atau menggembirakan di manapun dia berada. Bahkan mampu melihat hal yang positif dan menyenangkan dibalik sesuatu kesulitan atau kesukaran.
  5. Orang yang selalu bersukacita itu lentur atau adaptif terhadap perubahan. Kita tahu bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang konstan dalam hidup kita.
  6. Orang yang selalu bersukacita itu memercayai siapapun, walaupun sebagai orang yang berhikmat selalu menguji hasil pekerjaan siapapun, termasuk pekerjaan diri sendiri secara bijaksana.
  7. Orang yang selalu bersukacita itu mengerjakan semua hal yang sudah direncanakannya setiap hari. Pagi-pagi dia sudah membuat sebuah “list to do” untuk dikerjakan secara tuntas.

Seorang teman mengatakan bahwa pedagang china percaya bahwa kalau mau sukses dalam berbisnis, harus selalu senyum, karena orang yang tersenyum itu mulutnya melengkung ke atas, sehingga kalau Tuhan meneteskan berkat dari atas, maka tetesan yang bisa menjadi hujan berkat itu akat tertampung dan tidak terbuang.

Perhatikan gambar di bawah:

bersukacitalah!

sukacita mendatangkan berkat

Posted in Umum | Tagged , , | Leave a comment

Memberi untuk kaya

Ingin punya lebih banyak uang? Rahasianya adalah: Lebih banyaklah memberi derma.

Pernah dengar yang namanya aturan 80/20? Aturan ini diketemukan oleh Vilfredo Pareto dari pengamatan yang panjang mulai dari akhir athun 1800-an dan dicanangkan sebagai sebuah aturan atau hukum pada tahun 1906.

Sebagai seorang pakar ekonomi dan sosiolog yang hidup di abad ke-19, Pareto adalah salah satu dari orang pertama yang menganalisis masalah ekonomi dengan menggunakan perhitungan matematika.

Ia mengamati bahwa 80% tanah di Italia dimiliki oleh hanya 20% penduduk saja. Sedangkan di bidang perkebunan, ia mengamati bahwa 20% dari benih yang ada di kebunnya menghasilkan 80% kacang polong yang dipanennya kelak. Dan dengan demikian, lahirlah Prinsip Pareto atau aturan 80/20 ini.

Aturan ini mau mengatakan bahwa 20 persen aktivitas akan berperan terhadap 80 persen hasil, 20 persen produk akan menghasilkan 80 persen keuntungan, dan 20 persen pelanggan berkualitas akan membeli 80 persen produk atau jasa yang kita jual.

Apabila diterapkan dalam perencanaan keuangan, aturan 80/20 berlaku sebagai berikut: “hanya dari 20 persen investasi yang kita tanamkan, diharapkan mampu menghasilkan 80 persen dari penghasilan kita.

Ketika aturan ini dirangkum menjadi sebuah rumus, maka terjadi kelipatan 4 kali lipat (80 dibagi 20).

Dengan cara yang sama aturan ini berlaku juga dalam hal memberi. Sebuah sumbangan amal berkorelasi sampai empat kali lebih dalam penghasilan tambahan. Statistik telah membuktikannya. Ini adalah aturan 80/20 dalam memberi.

Hal ini bukanlah mengada-ada dan juga bukan sesuatu yang bersifat magis. Dalam memberi, kita menerima. Hal ini telah dibuktikan oleh pebisnis yang menjadi kaya karena menerapkan prinsip memberi lebih tanpa menyadari adanya aturan 80/20 atau kelipatan 4 ini. Para pebisnis umumnya lebih murah hati dibandingkan orang kebanyakan.

Dari pengalaman saya selama ini setidaknya ada tiga faktor berperan dalam fenomena ini:

1. Hal ini menyangkut keadaan pikiran.

Memberi adalah suatu keadaan dan cara yang lebih baik untuk menikmati hidup di dunia. Memberi merupakan bukti dari adanya mentalitas kelimpahan dalam diri seseorang. Penelitian psikologis yang dilakukan oleh Brooks (2009) dari Brigham Young University, menunjukkan bahwa pemberian membuat orang lebih bahagia.

Dalam pidatonya, Brooks membeberkan bagaimana kebahagiaan akan diterjemahkan ke dalam kesuksesan dalam bisnis: “Jika Anda ingin memiliki usaha produktif, jika Anda ingin menjadi orang yang produktif, bekerjalah untuk kebahagiaan Anda. Orang-orang yang bahagia tampil dengan bekerja lebih daripada orang lain. Mereka bekerja lebih lama, mereka bekerja dengan penuh sukacita, mereka bahagia dengan setiap aspek kehidupan produktif mereka.

2. Hal ini menghasilkan reputasi.

Contohnya Bill Gates. Kita bisa mengatakan bahwa pekerjaannya untuk mengakhiri AIDS di Afrika telah membuat Microsoft bertumbuh. Dia harus dilihat sebagai dermawan global, bukan hanya sekedar seorang miliarder.

Yayasan Bill dan Melinda Gates telah menghabiskan $ 28,3 milyar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan di seluruh dunia, dan menciptakan peluang bagi masyarakat yang kurang beruntung di AS.

3. Hal ini bekerja di alam metafisik.

Saya percaya ada sesuatu yang melampaui dari sekedar hitungan matematik atau statistik ekonom seperti yang disampaikan Brooks bahwa ada hubungan erat antara kemurahan hati dan kesuksesan bisnis. Konsep semesta mendukung (MESTAKUNG) sebagaimana yang saya saksikan di bagian lain blog ini juga bekerja di alam metafisik. Untuk membacanya klik di sini.

Jadi, percayalah bahwa kedermawanan membuat Anda lebih sukses. Berhentilah untuk menahan dorongan untuk bermurah hati.

Posted in Umum | Tagged , , , , , | Leave a comment

Yohanes 1: 1-18 Firman menjadi manusia

Pembahasan : Yohanes 1:1-18
Pembicara : Johan Chan

Injil lain dimulai dengan kisah natal, tetapi injil Yohanes dimulai dari penekanan akan kekekalan (Allah).

Tujuan penulisan injil Yohanes dapat dilihat di Yohanes 20: 30-31 (Maksud Injil ini dicatat):

Yesus adalah Allah sendiri (Mesias)

Mau menerima Yesus, menjadi percaya dan mendapatkan hidup (hidup hanya bisa didapat melalui Yesus).

Pemahaman injil Yohanes harus didasarkan pada tujuan ini.

Dalam Injil Yohanes ada penekanan bahwa Yesus yang diceritakan dalam Injil adalah Allah.

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam Yohanes 1 : 1-18 yang menjadi fondasi dari Injil Yohanes :

Yohanes 1 : 1,2 – Yesus dalam hubungannya dengan Allah
Yohanes 1 : 3 – Yesus dalam hubungannya dengan Penciptaan
Yohanes 1 : 10-13 – Yesus sebagai Pencipta dan Yesus sebagai Penebus.

1. Yesus dalam hubungannya dengan Allah (Yohanes 1 : 1, 2)

Dalam ayat 1 dikatakan bahwa ‘Allah adalah Firman’.
Firman, dapat diartikan :

kekal, pikiran
kata-kata yang mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran, hati, perasaan
logos = komunikasi

Yesus merupakan wujud penyingkapan Allah kepada manusia.

Semua nabi memiliki Firman, dapat menyampaikan Firman tetapi bukan Firman itu sendiri, sedangkan Yesus itu adalah Firman. Karena Yesus adalah Firman, maka setiap kali ia berbicara, ada otoritas Allah.

Agama lain : Firman diturunkan, diterima oleh Nabinya dan kemudian disebarkan.

Agama Kristen: Firman tidak diberikan kepada siapapun, tetapi Firman itu sendiri datang dalam wujud Yesus Kristus.

Yesus adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Artinya Yesus bukan berasal dari manusia yang kemudian berubah menjadi Allah, tetapi Yesus itu adalah Allah.

Ada pengajaran yang mengatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa yang mendapat pengajaran/ pelatihan dari Allah dan kemudian menjadi sempurna dan menjadi Allah. Oleh karena itu, jika kunci dari apa yang telah dipelajari oleh Yesus diketahui, maka manusia lain juga dapat menjadi sama seperti Yesus (menjadi Allah).

Dalam ajaran Kristen, konsep Allah Tritunggal bukan berarti bahwa Allah itu jamak.

Tetapi Allah itu tunggal dan memiliki 3 pribadi (berpersonal dalam 3 pribadi). Jadi Allah adalah Allah yg memiliki pribadi / berkepribadian.

Dalam injil Yohanes, kalimat ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’, menekankan kepersonalan sifat-sifat Yesus dalam kemanunggalannya dengan Allah.

Pernyataan ‘Yesus adalah Hidup’,‘Yesus adalah Terang’ dapat disalahartikan sehingga timbul pemahaman bahwa Allah itu adalah sesuatu yang impersonal dan menimbulkan konsep bahwa Allah itu bukan suatu pribadi.

2. Yesus dalam hubungannya dengan Penciptaan (Yoh 1 : 3)

Yesus bukan sesuatu sosok yang diciptakan/dijadikan, karena Dia adalah Pencipta segala sesuatu.

Dalam kata ‘segala sesuatu yang diciptakan’, tidak termasuk Yesus karena dia adalah Pencipta. Bumi dan alam semesta diciptakan dengan tujuan/alasan tertentu, bukan karena suatu kebetulan.

Kristus juga bukan milik bangsa tertentu, tetapi merupakan milik semua bangsa, karena Dia adalah Pemilik dari segala sesuatu.

Karena Dia adalah Pemilik seluruh alam semesta ini, maka Kristus adalah Hakim Agung, kepada siapa kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita.

Dengan dunia diciptakan, berarti ada perbedaan besar antara Pencipta dengan ciptaan.

Pencipta tidak sama dengan Ciptaan.

Ajaran New Age : life force itu sama dengan Roh Kudus. Dalam ajaran ini, garis perbedaan antara Pencipta dan ciptaan dihilangkan sehingga tidak ada perbedaan antara Pencipta dan ciptaan. Tetapi yang ada hanya penjelmaan, sehingga pencarian terhadap Allah itu bersifat pencarian ke dalam diri / pribadi sendiri, misalnya melalui meditasi. Dalam konsep ini ada peleburan antara Pencipta dan ciptaan dan ada pengosongan diri.

Bertolak belakang dengan ajaran tersebut, pengertian meditasi secara Kristen adalah : pencarian terhadap Allah itu bersifat pencarian keluar, pernyataan ‘jadilah kehendakMu’ menjadi dasar penundukan diri terhadap kehendak Allah, ada pengembalian diri kepada Sang Pencipta, ada pencarian terhadap Sumber yang sesungguhnya, ada pengisian diri dengan Firman Tuhan serta pengenalan akan Tuhan.

Ajaran New Age: Pencipta menjelma menjadi suatu ‘force’ dan melebur dengan ciptaan
Ajaran Kristen: Pencipta tidak sama dengan Ciptaan

Ajaran New Age: Pencarian Allah adalah pencarian ke dalam diri sendiri
Ajaran Kristen: Pencarian Allah adalah pencarian keluar. Pernyataan ‘jadilah kehendakMu’ sebagai dasar penundukan diri terhadap kehendak Allah. Ada pengembalian diri kepada Sang Pencipta

Ajaran New Age: Ada pengosongan diri melalui meditasi
Ajaran Kristen: Ada pengisian diri dengan Firman Tuhan serta pengenalan akan Tuhan

3. Yesus sebagai Pencipta dan Yesus sebagai Penebus (Yoh 1 : 10-13)

Penebusan itu ada dan perlu, karena dunia ada dalam kegelapan sebagai akibat universalisme dari dosa (Yohanes 1:5). Yesus datang ke dunia yang gelap ini sebagai Terang untuk menerangi dunia/manusia yang hidup dalam kegelapan. Kristus adalah penyelamat yang universal, sehingga agama Kristen bukan merupakan ‘produk’ dari suatu budaya tertentu, bukan merupakan agama Yahudi tetapi merupakan agama yang universal.

Dasar universalisme kekristenan :

Matius 28
Yang datang sebagai Penebus itu adalah Pencipta dunia, sehingga Dia datang bukan hanya untuk menebus bangsa tertentu tapi untuk menebus seluruh dunia.

Meskipun kekristenan itu bersifat universal, tetapi penebusan keselamatan tidak universal, karena keselamatan itu baru benar-benar dirasakan saat mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Penebus (Yoh 1:12).

Kedatangan Yesus diawali dengan adanya penolakan, sehingga terjadi perpecahan antara orang-orang yang percaya dan orang-orang yang tidak percaya. Keputusan menerima Yesus dilatarbelakangi dengan penolakan (mayoritas menolak), sehingga ada risiko yang diambil saat memutuskan untuk menerima Yesus.

Yohanes 1 : 1-3 (Yesus sebagai Pencipta) dan Yoh 1 :10-12 (Yesus sebagai Penebus). Manusia seringkali menganggap Yesus sebagai Pencipta dan Yesus sebagai Penebus adalah dua sosok yang sama sekali berbeda. Manusia menganggap bahwa dunia ini adalah milik iblis/setan, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan dunia sekuler (bisnis, sosial, politik dsb) dianggap tidak berhubungan dengan Tuhan, dan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan hanya hal-hal rohani saja (gereja, pelayanan dsb). Padahal dunia ini adalah ciptaan Tuhan dan merupakan milik Tuhan.

Yohanes ingin menekankan bahwa Yesus adalah Pencipta sekaligus Penebus. Seorang Kristen seharusnya memiliki totalisas hidup pada Yesus sebagai Pencipta dan Penebus, yang artinya Yesus terlibat dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Hidup bagi Kristus tidak berarti meninggalkan dunia sekuler dan terlibat hanya dalam hal-hal rohani saja.

Dalam kitab Wahyu pernyataan ‘ada langit baru, bumi baru’, berarti penebusan itu memperbaharui banyak aspek dan penebusan itu bersifat mengubah seluruh aspek kehidupan seseorang.

========================================

Pembahasan tambahan : Yohanes 1 : 1-18
Pembicara : Yung Tik Yuk

Yohanes 1:1 => ada istilah ‘Firman’.
Banyak teolog pada masa lalu, lebih melihat kata ‘logos’ dari bahasa Yunani.

Logos = kalimat, sabda, reason – kekuatan yang mengatur alam semesta.
Yahudi : Logos = Firman Allah

Yohanes melihat kata Logos dari kedua bahasa Yunani dan Yahudi.

Kedua konsep ini menyatu dalam konsep yang ingin diutarakan oleh Yohanes.

Dalam setiap diri kita ada suatu kehendak, pikiran, reason yang jika tidak dikomunikasikan, maka kehendak tersebut masih ada dalam diri kita atau disebut dengan istilah logos ediatetos.

Jika kehendak tersebut dikomunikasikan maka disebut dengan istilah logos prosporikos.

Dalam Oknum Kedua, semua kehendak Allah dilaksanakan/dieksekusikan sehingga Oknum Kedua disebut Firman. Allah mengeksekusi kehendaknya itu karena kasih Allah.

Yohanes 1:5: ‘Terang itu bercahaya’.

Kata ‘bercahaya’ => ditulis dalam bentuk perfect tense – sudah ada sebelumnya. ‘…dan kegelapan tidak menguasai’, pernyataan ini dapat memberi pengertian:

Ada kekuatan yang saling berlawanan, kegelapan mencoba mengalahkan Terang tetapi tidak berhasil.

Kegelapan tidak menguasai dalam arti kegelapan tidak memahami/mengerti tentang Terang tersebut, misalnya seperti orang buta.

Sehingga perlu ada kesaksian, perlu ada orang yang mempromosikan/menjelaskan Terang itu (Yohanes) – ayat 8,9. (pengertian ke-2 ini lebih penting)

Yohanes 1:9 : ‘Terang yang sesungguhnya …sedang datang ke dalam dunia’ => memberitahukan kepada orang Yahudi bahwa Mesias sudah datang, dan terus menerus ada di dalam dunia ini.

Sehingga pemahaman terhadap Natal, tidak harus flashback kepada peristiwa di Bethlehem, sebab Terang itu terus menerus bercahaya.

Yohanes 1:10: ‘dunia tidak mengenalnya’ karena ayat 5.

Yohanes 1:11 : ‘orang-orang kepunyaanNya tidak menerimaNya’
‘Milik kepunyaanNya’:

Secara makro/universal, ‘milik kepunyaanNya’ diartikan alam semesta, dunia.
Secara mikro, ‘milik kepunyaanNya’ diartikan sebagai kata benda yang netral (tidak ada perbedaan gender), yang berarti menunjukkan suatu tempat (yang dalam bahasa Yunani adalah sesuatu yang dianggap netral). Tempat (shekinah) yang dimaksud adalah Palestina, di mana bangsa Yahudi tinggal (bangsa milik Allah).

Penceritaan Injil Yohanes diawali dengan suatu ketragisan (ayat 11), tetapi kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang luar biasa (ayat 12).

‘Mereka yang menolak’ : menolak dalam ketidakpercayaan (atas dasar kebebasan memilih) dan ketidakberdayaannya. Manusia yang berdosa, masih memiliki kebebasan memilih, tetapi tidak berdaya karena dikuasai oleh dosa.

‘Menerima’, karena ketidakberdayaannya dipulihkan.

Yohanes 1:13: Kelahiran kita sebagai anak-anak Allah adalah merupakan keinginan Allah. Kelahiran kita sebagai manusia, juga tidak didasarkan atas kehendak kita sendiri. Kita secara jasmani adalah ciptaan Allah, tetapi ada kerjasama antara Allah dengan manusia (ayah dan ibu), tetapi inisiatifnya bukan dari kita sendiri.

Jadi ada paralelisme antara kelahiran kita secara jasmani dan rohani, dimana tidak ada freewill.

Kelahiran didasari oleh inisiatif pihak lain.
Predestinasi = ditentukan dari awal.

Kelahiran kita secara spiritual adalah merupakan inisiatif dari Allah. Allah sudah menentukan dan Allah sudah memilih.

Tidak ada pemeluk agama lain yang umatNya disebut sebagai anak-anak Allah. Jadi dalam kata ini, ada inisiatif dari Allah sendiri untuk melahirkan kita secara rohani.

Yohanes 6:37,44 – penegasan akan inisiatif Allah dalam kelahiran secara rohani.

Jadi orang-orang menerima keselamatan, dimana Allah secara aktif membawanya kepada Kristus sehingga keselamatan itu adalah Anugrah Allah, bukan inisiatif kita sendiri.

Jadi harus ada pristiwa pencelikan terhadap ‘mata yg buta’ sehingga dapat melihat Terang dan datang kepada Terang itu (Yohanes 12).

Yohanes 3:3-5 : ‘dilahirkan kembali’ = ‘dilahirkan dari Allah’
Ayat 5 : ‘dilahirkan dari air dan Roh’

Roh = Roh Kudus
Air = seringkali dianggap sebagai baptisan. Air disini tidak mengacu pada baptisan, karena baptisan itu baru diberikan oleh Yesus menjelang kenaikannya ke surga. Yang tertulis dalam ayat 5 ini, disampaikan Yesus kepada Nikodemus, jauh sebelum kenaikan Yesus dan saat itu belum ada kitab Perjanjian Baru.

Yehezkiel 36 : 25-27 – Air dan Roh menyinggung suatu peristiwa yang sama, Roh sebagai subjek dan peristiwa pengkudusan/pembersihan digambarkan sebagai pencurahan air, bukan mengacu pada pembaptisan.

Jadi orang yang sudah percaya tetapi tidak memiliki kesempatan untuk dibaptis, tetap menerima keselamatan. Jadi baptisan itu hanya merupakan suatu simbol saja, sebab ada orang yang sudah dibaptis, tetapi belum terjadi peristiwa ‘pembersihan/pengkudusan’ dalam kehidupannya.

Keselamatan tidak bisa hilang, karena dari manusia yang berdosa dan tanpa syarat, Tuhan telah melahirkan kita menjadi anak-anakNya. Roma 8 + Efesus 1 : 4-5 (predestinasi, bukan predeteriminasi).

Posted in Kotbah Ekspositori | Tagged , , , , , , | Leave a comment

Efesus 1: 15-23 Yang membedakan orang Kristen dari orang lain

PENGAJARAN YANG BENAR

Surat kepada Jemaat di Efesus ini terdiri dari doktrinal atau right learning (Pasal 1-3), dan cara hidup Kristiani atau right living (Pasal 4-6).

Setelah memaparkan Kasih Karunia Allah yang mulia lewat pemilihan Bapa, penebusan Kristus dan pe-meteraian oleh Roh Kudus, Rasul Paulus memuji iman dan kasih dari jemaat di Efesus. Sangat berbeda dengan teguran Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia. Pujian itu diiringi pulda dengan doa syukur. Seberapa banyak dari kita yang menaikkan doa syukur karena melihat kelebihan orang lain? Kalaupun kita tidak iri melihat kelebihan orang lain, bukankah kita hanya atau lebih banyak bersyukur karena berkat-berkat yang kita dan keluarga kita terima dari Tuhan?

Mari kita perhatikan ayat berikut:

1:15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 1:16 akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, ..

Selain mengucap syukur untuk jemaat di Efesus dalam doanya, Rasul Paulus juga berdoa agar Tuhan memberikan pencerahan kepada kita sebagai umat tebusan-Nya. Untuk itu Rasul Paulus khusus meminta kepada Bapa yang mulia, agar memberi kita Roh hikmat dan wahyu, untuk mengenal Allah dengan benar.

1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa  yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.

Dalam Doa berikutnya, Rasul Paulus mau “mengajar” kita tentang adanya “butiran-butiran mutiara” doktrinal murni yang membedakan orang Kristen dari orang lain. Dari ayat-ayat berikut terdapat 3 kunci yang membedakan orang Kristen dari orang yang tidak percaya Kristus:

1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 1:19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,..

Ketiga hal itu adalah:

  1. Hope, atau pengharapan dalam panggilan-Nya, yaitu pengharapan yang tidak mengecewakan (Roma 5:5), dan sesuai Ibrani 6:19-20: “Pengharapan itu adalah sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” Jiwa kita tidak akan terombang-ambing oleh gelora ombak dan badai kehidupan yang akan selalu menerpa badai kehidupan kita.
  2. Riches, yaitu kekayaan sebagai warisan mulia untuk orang yang percaya, berupa kehidupan kekal bersama Tuhan (heavenly life).
  3. Unlimited Power, yaitu kuasa dengan kualitas kekal dan Ilahi (devine).

Selanjutnya diungkapkan mengenai kemuliaan atau keunggulan atau keulungan dari Kristus (the Supremacy of Christ), sebagai dasar dari ketiga kunci dasar hidup orang Kristen. Ada 6 kualitas dari supremasi Kristus:

  1. Kristus bangkit dari antara orang mati,
  2. Kristus duduk di sebelah kanan Bapa di sorga (simbol yang diandalkan dan dikuasakan),
  3. Kuasa-Nya lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa,
  4. Nama-Nya lebih tinggi dari nama yang dapat disebut, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang,
  5. Segala sesuatu (termasuk maut) telah diletakkan Bapa di bawah kaki Kristus,
  6. Kristus adalah kepala dari segala yang ada. Kita, sebagai gereja ikut ambil bagian di dalam kuasa-Nya.

Lihat referensinya di bawah ini:

1:20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 1:21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 1:22 Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 1:23 Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Pertanyaannya sekarang, apa indikasinya bahwa kita telah memiliki ke-3 kunci di atas, yang didukung oleh keutamaan (supremasi) Kristus?

Apakah kita tidak sama seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan ketika menghadapi kematian, karena mereka tidak mengenal dan mengalami kuasa kebangkitan-Nya? Apakah kita memiliki buah Roh seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Berarti tidak lagi mudah mengeluh, kecewa, atau marah apalagi dendam kepada sesuatu, seseorang, bahkan kepada Tuhan.

Posted in Renungan | Tagged , , , , , , | Leave a comment

Efesus 1: 1-14 Peran Tritunggal yang saling melengkapi

KONDISI KEROHANIAN JEMAAT DI EFESUS

1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. 1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Dari ayat-ayat pembuka yang hanya memuat salam dan doa kepada Jemaat di Efesus, salam pembuka mana berbeda jauh menunjukkan bahwa kondisi kerohanian Jemaat di Efesus jauh lebih dewasa dan lebih murni dibandingkan dengan kerohanian Jemaat di Galatia.

Dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia, Rasul Paulus harus menekankan bahwa pemberitaannya bukan karangan manusia, tetapi dari Tuhan sendiri. Dengan salam pembuka seperti kepada Jemaat di Galatia itu mau menunjukkan kepada kita bahwa di Jemaat Galatia telah berkembang suatu pengajaran Injil yang tidak murni.

PERAN ALLAH BAPA

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. 1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, 1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

Bapa di sorga telah memilih dan menentukan kita sejak manusia itu sendiri dan yang lainnya belum diciptakan, untuk menerima Yesus sebagai “segala berkat rohani di dalam sorga,” dengan tujuan:

supaya kita yang tidak kudus menjadi kudus dan yang bercacat cela dalam segala hal menjadi tidak bercacat, untuk menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya, dan yang terpenting supaya terpujilah kasih karuina-Nya yang mulia.

Berkat rohani di dalam sorga itu mau menunjuk kepada Kristus, yang adalah Firman, yaitu Firman yang kaya, yang telah menjadikan alam semesta dan segala isinya.

Sang Bapa memilih kita dan menganugerahkan Anak-Nya sebagai penebusan dosa-dosa kita, lebih dari sekedar menggunakan kedaulatan-Nya, tetapi dengan kerelaan-Nya. Hanya dengan kerelaan kehendak-Nya, Bapa bisa mengurbankan Anak Tunggal yang paling dikasihi-Nya.

Ketika Bapa di sorga mengaruniakan Yesus sebagai Anak-Nya untuk menjadi kurban persembahan melalui penumpahan darah (disalibkan dan mati dan dikuburkan), maka anugerah turunannya pun ikut serta, yaitu roh yang peka terhadap pimpinan Roh Kudus, mental dan fisik yang sehat, saudara dan sahabat yang mengasihi kita, bahkan segala materi dan non materi yang kita butuhkan untuk hidup di dunia ini. Hal ini ditegaskan dalam Roma 8:32, sebagai berikut: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Tetapi, jangan berpuas diri hanya sampai dipilih dan ditetapkan untuk menjadi anak-anak-Nya saja, apalagi hanya terpaku kepada berkat-berkat turunan di atas. Program Allah di atas barulah tahap pertama. Setelah dipilih, kita harus ditebus. Bukan dengan darah domba yang harus berkali-kali dilakukan, tetapi dengan darah Anak Domba Allah, yaitu Anak Allah yang harus menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Inilah darah yang tak ternilai harganya, yang cukup satu kali ditumpahkan untuk menebus manusia dari segala abad, segala generasi, segala usia, segala suku dan bangsa, yang dikenal baik (karena tak seorangpun pada dasarnya baik) atau yang jahat, baik dinilai kaya ataupun miskin.

Dalam Ibrani 9:14 dinyatakan: “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

PERAN KRISTUS YESUS

1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, 1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. 1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus 1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. 1:11 Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan–kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya– 1:12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.

Peran Sang Anak adalah menjalankan rencana kerelaan Sang Bapa, untuk mengasihi menusia yang telah dipilih dan ditetapkan oleh Bapa, dan untuk itu rela menjadi manusia, dan juga rela untuk disiksa, dihina, dicemoohkan, disalibkan, dan menunaikan tugas itu dengan baik yaitu mati (tidak pakai kata meninggal atau wafat), serta dikuburkan. Lalu, untuk membuktikan kebenaran rencana kerelaan dalam proses penebusan itu, pada hari yang ketiga Dia bangkit dari antara orang mati.

Tujuan penebusan ini adalah:

untuk mempersatukan kita dengan Kristus sebagai kepala, yaitu sebagai gereja dengan jemaat-Nya, selama masih di dunia, maupun dipersatukan sebagai warga Kerajaan Allah dan keluarga Allah nanti di sorga, menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya, melalui kesaksian hidup kita yang berkenan di hadapan Allah.

Tetapi, penebusan yang dilakukan Sang Anak perlu diteguhkan. Kita harus mati di dalam Kristus dan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.

PERAN ROH KUDUS

1:13 Di dalam Dia kamu juga–karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu–di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. 1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

Setelah dipilih oleh Bapa, dan ditebus oleh Anak, kita pun harus dimeteraikan oleh Roh Kudus agar tak satupun yang bisa menggagalkan rencana kerelaan Allah untuk memilih, menebus, dan menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Dalam Roma 8: 33-35 dinyatakan bahwa penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang, tak satupun bisa memisahkan kita dari Kasih Kristus. Bahkan dinyatakan bahwa tak satupun akan menggugat kita sebagai orang-orang pilihan Allah, termasuk:

  • Bapa juga tidak akan menggugat kita sebagai orang-orang pilihan Allah, karena Dia yang telah membenarkan kita
  • Kristus Yesus pun tidak akan menghukum kita, supaya kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya tidak sia-sia. Malah Dia, yang duduk di sebelah kanan Allah (mendapat kuasa untuk menghukum), telah menjadi pembela kita.

Betapa kayanya kita, satu kekayaan yang sering tidak kita sadari atau kalaupun kita tahu, sering kita abaikan hanya karena kita terpaku kepada materi dan harta kekayaan dunia ini?

Posted in Renungan | Tagged , , , , | Leave a comment